Membangun Budaya Literasi yang Bermakna di Sekolah: Catatan Reflektif dari Bu Endah Widyawati
Pelajari cara membangun budaya literasi anak yang bermakna di sekolah dari Bu Endah Widyawati, kepala sekolah Tetum Bunaya. Temukan tips memilih buku cerita, menciptakan lingkungan baca yang hidup, dan peran guru sebagai pendamping literasi.

Apa yang sebenarnya kita harapkan dari proses belajar membaca? Apakah cukup jika anak lancar mengeja dan membaca cepat? Atau ada makna yang lebih dalam dari aktivitas literasi ini?
Dalam serangkaian unggahan Instagram-nya, Bu Endah Widyawati, Kepala Sekolah Tetum Bunaya, membagikan refleksi pribadi tentang pengalaman membangun budaya literasi di sekolah. Bukan sekadar teori, tapi praktik sehari-hari yang dekat dengan dunia anak. Berikut adalah poin-poin penting dari catatan reflektif tersebut:
1. Membaca Bukan Sekadar Mengeja
Di awal unggahannya, Bu Endah menyoroti kebiasaan umum kita yang sering menyamakan “anak bisa membaca” dengan “anak sudah selesai belajar literasi.” Padahal, membaca bukanlah tujuan akhir. Ia adalah pintu masuk untuk mengenal dunia, memahami makna, dan membangun hubungan dengan diri sendiri maupun orang lain.
“Kalau kita terlalu cepat menyimpulkan anak sudah bisa membaca hanya karena ia lancar mengeja, kita bisa kehilangan banyak momen penting dalam proses belajarnya.”
2. Mengamati Anak Lewat Membaca Bersama
Membacakan cerita bersama anak menjadi cara Bu Endah untuk benar-benar mengamati dan mengenal mereka. Dari reaksi anak terhadap tokoh cerita, pertanyaan-pertanyaan yang mereka lontarkan, sampai pilihan buku yang mereka sukai—semuanya membuka jendela untuk memahami dunia anak.
3. Lingkungan yang Mendukung Rasa Ingin Tahu
Literasi yang tumbuh subur membutuhkan tanah yang tepat: lingkungan belajar yang mendorong rasa ingin tahu. Di sekolah, ini bisa diwujudkan melalui ruang baca yang hidup, kegiatan membaca bersama yang menyenangkan, dan suasana kelas yang memberi ruang untuk diskusi, bukan hanya tugas.
“Membaca tidak perlu selalu dibarengi tugas. Terkadang, cukup dengan duduk bersama dan menikmati cerita itu sendiri.”
4. Memilih Buku Cerita yang Menghidupkan
Tidak semua buku anak bisa membuka dialog dan menggugah rasa. Bu Endah merekomendasikan buku-buku dengan tokoh yang dekat dengan kehidupan anak, cerita yang memiliki konflik sederhana namun kuat, serta ilustrasi yang memperkaya makna cerita.
5. Guru sebagai Pendamping, Bukan Pemberi Nilai
Peran guru dalam membangun literasi sangat penting, tapi bukan sebagai penilai yang fokus pada skor dan kecepatan membaca. Guru perlu hadir sebagai pembaca yang setara—yang juga belajar, berefleksi, dan menikmati cerita bersama murid.
6. Menggunakan PiBo untuk Memperkaya Pengalaman Membaca
Dalam unggahannya, Bu Endah menyebut bagaimana PiBo membantunya sebagai guru dan kepala sekolah untuk menghadirkan pengalaman membaca yang lebih kaya. PiBo tidak hanya menyediakan koleksi buku cerita yang beragam, tetapi juga membantu guru mengaitkan buku dengan tema pembelajaran dan aktivitas reflektif.
7. Menumbuhkan Cinta Baca Lewat Relasi
Akhirnya, Bu Endah mengingatkan bahwa cinta baca tidak tumbuh dari kewajiban, melainkan dari relasi. Ketika membaca dilakukan dalam suasana yang hangat, menyenangkan, dan penuh kasih, maka anak akan menyukai buku bukan karena disuruh—tapi karena merasa terhubung.
“Ketika anak merasa didengarkan, dimengerti, dan dihargai dalam proses membaca, maka membaca akan menjadi bagian dari dirinya, bukan sekadar tugas dari luar.”
Penutup
Catatan reflektif Bu Endah menjadi pengingat penting bagi kita semua—guru, orang tua, dan pendidik—bahwa membangun budaya literasi bukan perkara menuntaskan target akademik, melainkan tentang menumbuhkan rasa cinta, keingintahuan, dan pemahaman yang mendalam sejak dini.
Literasi bukan tujuan akhir, melainkan proses menjadi manusia yang berpikir, merasa, dan terhubung.
Ingin menghadirkan pengalaman membaca yang bermakna di kelasmu?
Temukan ribuan buku cerita dan aktivitas membaca kontekstual di PiBo—platform yang dirancang untuk mendampingi guru dan siswa membangun kebiasaan literasi dengan cara yang menyenangkan dan bermakna.